ISIM GHOER MUNSHORIF
bag I (satu)
...Kalimat ada tiga:
1. Isim 2. Fi’il 3. Haraf
...Isim = asli
fiil dan haraf = cabang
Penetapan status asli di sini diambil dari hakikat (profile) ketiganya. dikarenakan isim sama dengan dzat (maushuf) dan fiil sebagai sifat (keadaan), dimana sifat selalu menempel pada maushuf, berarti maushuf (isim/dzat) lebih pokok dari pada sifat (fiil), karenanya isim diposisikan sebagai asli, sementara fiil sebagai cabang.
Haraf apalagi, karena posisi haraf sebatas kata bantu, jadi derajatnya lebih rendah dari fiil.
Isim terbagi dua:
1. Mu’rob 2. Mabni
Isim Mu’rob = asli
isim mabni = cabang.
Penetapan status asli dan cabang di sini diambil dari kuantitas, artinya secara mayoritas kebanyakan isim itu mu’rob, selebihnya mabni.
Fi’il terbagi tiga:
1. Madly (mabni) 2. Mudlori’ (mu’rob) 3. Amar (mabni)
Fiil Mabni (madly dan amar) = asli
fiil mu’rob (mudlori) = cabang
Isim mu’rob
Isim mu’rob biasa juga diistilahkan “MUTAMAKKIN”. Dan isim mabni disebut “GHOIR MUTAMAKKIN”
Isim mu’rob mutamakkin terbagi:
1. Amkan 2. Ghoir amkan
Kenapa kalimat mu’rob diistilahkan muatamakkin?
Mutamakkin bisa berarti “yang kuat”. Kalimat mu’rob dianggap kuat karena kemampuannya berubah bentuk, asalnya dlommah jadi fathah dan kasroh dst. Contoh, “baitun” bisa jadi baitan baitin…
Makna filosofi (maaf agak nyimpang dikit), sosok yg mau berubah dan tidak alergi dgn perubahan, itu menandakan bahwa dia adalah sosok yg kuat (mutamakkin). Jelas, perubahan disini adalah perubahan karena sebuah motivasi (Amil), sebagaimana karakter perubahan mu’rob karena dorongan ‘amil…bukan perubahan yg lain…(terpaksa)…
Adapun istilah “AMKAN” (bentuk “TAFDLIL”) yang berarti “lebih kuat”, itu ditambahkan untuk menunjukkan bahwa kekuatan kalimat yg masuk kategori ini nilainya dobel. Kuat karena “mu’rob/mutamakkin”nya, juga kuat karena menerima “tanwin”nya.
Kenapa?
Karakter tanwin dalam aksen arab termasuk materi yg berat dalam hal pelafalan. Dan ketika suatu kalimah (isim) bertanwin, Aroby menganggap kalimat itu kalimat yg RUUUUAAAARRR BIASA kuat. Karenanya, lafazh “BAITUN” misalnya, aroby menyebutnya Mutamakkin Amkan.
Tanwin yang dimaksud disini adalah tanwin “tamkin”, tanwin asli untuk sebuah isim.
Berbeda halnya dengan kalimat mabni, jangankan tanwin, untuk berubah saja kalimat ini tidak punya kemampuan, alias tetap jumud dank eras kepalaaaaaaa….
Fiil mudlori, satu-satunya fiil yg mu’rob. Padahal dua rekannya (madly dan amar) mabni. Ini menunjukkan bahwa fiil mudlori punya kekuatan lebih disbanding dgn dua rekannya. Maka wajar fiil mudlori dikategorikan fiil yg mutamakkin seperti kalimat isim. Namun karena alasan ke-fiil-annya, walaupun mutamakkin, fiil mudlori tidak sampai mampu menerima tanwin.
KESIMPULAN awal dari pemaparan di atas…
Kalimat mu’rob = mutamakkin, meliputi isim dan fiil mudlori
Kalimat mu’rob bertanwin = mutamakkin amkan, hanya ada pada isim seperti “baitun”.
Kalimat mu’rob tanpa tanwin = mutamakkin ghoir amkan, hanya ada pada isim, seperti “ahmadu”
Kalimat mabni = ghoir mutamakkin
ISIM GHOER MUNSHORIF (tidak menerima tanwin)
bag II (dua)
Isim ghoir munshorif lengkapnya isim mu’rob goir munshorif. Mu’rob = mutamakkin, ghoir munshorif = ghoir amkan.
Seperti dima’lumi bahwa isim ada yg menyerupai haraf, dan dihukumi isim mabni. Dan ada pula isim yg menyerupai fiil, maka dihukumi isim mu’rob ghoir munshorif. Jadi isim ghoir munshorif adalah isim yg menyerupai fiil.
Istilah menyerupai atau musyabahah tentu tak bisa lepas dari wajah syabah (bentuk persamaan), sebab mustahil ada musyabahah kcuali ada wajah syabah. Ketika isim menyerupai fiil, itu artinya ada persamaan diantara keduanya dalam dua hal…:
1. Lafazh, secara lafazh fiil adalah “CABANG “dari isim, dimana sighot fiil dimusytaq dari masdar yg statusnya isim. Masdar sama dengan kata dasar, Fiil kata yg telah berimbuhan.
2. Ma’na, secara ma’na fiil juga “CABANG” dari isim, dimana fiil sangat tergantung kepada isim. Artinya keberadaan fiil dalam sebuah kalam sangat tergantung kepada ‘FAIL”, dimana fail bentuknya harus isim. Yang tergantung adalah “CABANG’ dari yang digantungi.
Dua hal di atas (yaitu ke-CABANG-an atau “FAR’IYYATAINI”), dalam bab isim ghoir munshorif disebut “dua ‘illat (‘illataini)”. Jadi, isim tidak menerima tanwin karena mempunyai dua illat/alasan yaitu menyerupai fiil dalam hal ke-CABANG-annya.
Contoh, lafazh AHMADU = isim alam, dihukumi ghoir munshorif karena menyerupai fiil dalam lafazh (wazan fiil) dan ma’na (isim alam). secara lafazh wazan fiil adalah cabang dari wazan isim. Secara ma’na Isim alam/ma’rifat merupakan cabang dari isim nakiroh.
Di bawah ini, uraian illat-illat isim ghoir munshorif yang mempunyai dua ‘illat
ALAM (ma’rifat)
Alam dikategorikan illat secara ma’na, dan enam hal di bawah ini dimasukkan illat lafazh.
1. wazan fiil, contoh ahmadu, alam cabang dari isim nakiroh, wazan fiil cabang dari wazan isim.
2. ‘adal, contoh ‘umaru, alam cabang dari isim nakiroh, adal/ma’dul (yang dipindahakan) cabang dari ma’dul ‘anhu (yang dijauhi/dipindahi)
3. Ziyadah alif nun, contoh luqmanu, alam cabang dari isim nakiroh, ziyadah (penambah) cabang dari kalimat yang tidak memakai ziyadah.
4. Tanits dengan ta (lafzhy) dan tanits ma’nawy, contoh fathimatu dan zainabu, alam cabang dari isim nakiroh, lafazh muannats adalah cabang dari mudzakkar
5. Tarkib mazjy, contoh ba’labaka, alam cabang dari isim nakiroh, tarkib (murokkab) cabang dari mufrod
6. ‘ajam, contoh ibrohim, alam cabang dari isim nakiroh, lafazh ajam cabang dari lafazh bahasa arab
SIFAT
Sifat dikategorikan illat secara ma’na, dan tiga hal di bawah ini dimasukkan illat lafazh.
1. Wazan fiil, contoh ahsanu…
2. Ziyadah alif nun, contoh rohmanu
3. ‘adal, rubaa-‘u
Di bawah ini, uraian illat-illat isim ghoir munshorif yang mempunyai satu ‘illat taquumu maqoomal ‘illataini.
1. Shighot muntahal jumu’,
Illatnya terletak pada “jumu’/jama”, dari jama ini keluarlah dua illat langsung…..
a. untuk illat ma’na yaitu bahwa jama adalah cabang dari mufrod.
b. Untuk lafazh, bahwa wazan jama ini (…………………..M A F AA ‘I L U…………………………) tidak ada bandingan/yang serupa dgn wazan-wazan isim mufrod. Coba Bandingkan dengan jama taksir lafazh RIJAALUN contohnya, bandingan/yang serupa dgn Lafazh RIJAALUN (wazan FI’AALUN) pada bentuk isim mufrod ini adalah lafazh KITAABUN (wazan FI’AALUN), sementara jama’nya KUTUBUN…
Al hasil…
Wazan MAFAA’ILU atau MAFAA ‘IILU dsb tidak ada bentuk isim mufrod yg serupa dgn wazan itu. Berbeda dengan jama wazan FI’AALUN, ada isim mufrod yg serupa dgn wazan itu yaitu lafazh KITAABUN.
Jadi, TIDAK adanya bandingan wazan MAFAA’ILU pada mufrodnya,merupakan cabang dari ADA-nya lafazh jama yg serupa dgn lafazh isim mufrod….
2. Ta'nits bil alifi
Illatnya terletak pada “alif”, dari alif ini keluarlah dua illat langsung….
a. Untuk iilat lafazh yaitu dengan adanya alif sbg zaidah merupakan cabang dari tanpa zaidah
b. Untuk illat ma’na yaitu “luzuumiyyah”nya alif (kemestian/tidak bisa dibuang)
Perbedaan antara yang dua illat dgn yang satu illat terletak hanya pada penyebutannya saja. Kalau yg dua illat suka diistilahkan dgn alam atau sifat ditambah blablablabla (seperti di atas), sementara kalau yang satu illat cukup menyebutkan muntahal jumu’ atau taints alif.
Jadi secara hakiki, antara yang dua illat dgn yg illatun wahidatun itu tdk ada bedanya, karena keduanya merujuk pada dua illat yaitu illat lafzhy dan illat ma’nawy, dimana illat lafzhy dan ma’nawy ini sebagai wajah syabah antara isim ghoir munshorif dgn fiil, sehingga menghasilkan hukum isim yang tidak menerima tanwin.
Sumber pokok……
1. Al kawwakib ad durriyyah
2. Hasyiyah khudlory
Silahkan yg mau sumbang saran asal tidak saran sumbang heheheheh
Mohon maaf atas ketidak nyamanan dalam membacanya
Wallohul a'lam wahuwa almu'in wa bihi nasta'in
bag I (satu)
...Kalimat ada tiga:
1. Isim 2. Fi’il 3. Haraf
...Isim = asli
fiil dan haraf = cabang
Penetapan status asli di sini diambil dari hakikat (profile) ketiganya. dikarenakan isim sama dengan dzat (maushuf) dan fiil sebagai sifat (keadaan), dimana sifat selalu menempel pada maushuf, berarti maushuf (isim/dzat) lebih pokok dari pada sifat (fiil), karenanya isim diposisikan sebagai asli, sementara fiil sebagai cabang.
Haraf apalagi, karena posisi haraf sebatas kata bantu, jadi derajatnya lebih rendah dari fiil.
Isim terbagi dua:
1. Mu’rob 2. Mabni
Isim Mu’rob = asli
isim mabni = cabang.
Penetapan status asli dan cabang di sini diambil dari kuantitas, artinya secara mayoritas kebanyakan isim itu mu’rob, selebihnya mabni.
Fi’il terbagi tiga:
1. Madly (mabni) 2. Mudlori’ (mu’rob) 3. Amar (mabni)
Fiil Mabni (madly dan amar) = asli
fiil mu’rob (mudlori) = cabang
Isim mu’rob
Isim mu’rob biasa juga diistilahkan “MUTAMAKKIN”. Dan isim mabni disebut “GHOIR MUTAMAKKIN”
Isim mu’rob mutamakkin terbagi:
1. Amkan 2. Ghoir amkan
Kenapa kalimat mu’rob diistilahkan muatamakkin?
Mutamakkin bisa berarti “yang kuat”. Kalimat mu’rob dianggap kuat karena kemampuannya berubah bentuk, asalnya dlommah jadi fathah dan kasroh dst. Contoh, “baitun” bisa jadi baitan baitin…
Makna filosofi (maaf agak nyimpang dikit), sosok yg mau berubah dan tidak alergi dgn perubahan, itu menandakan bahwa dia adalah sosok yg kuat (mutamakkin). Jelas, perubahan disini adalah perubahan karena sebuah motivasi (Amil), sebagaimana karakter perubahan mu’rob karena dorongan ‘amil…bukan perubahan yg lain…(terpaksa)…
Adapun istilah “AMKAN” (bentuk “TAFDLIL”) yang berarti “lebih kuat”, itu ditambahkan untuk menunjukkan bahwa kekuatan kalimat yg masuk kategori ini nilainya dobel. Kuat karena “mu’rob/mutamakkin”nya, juga kuat karena menerima “tanwin”nya.
Kenapa?
Karakter tanwin dalam aksen arab termasuk materi yg berat dalam hal pelafalan. Dan ketika suatu kalimah (isim) bertanwin, Aroby menganggap kalimat itu kalimat yg RUUUUAAAARRR BIASA kuat. Karenanya, lafazh “BAITUN” misalnya, aroby menyebutnya Mutamakkin Amkan.
Tanwin yang dimaksud disini adalah tanwin “tamkin”, tanwin asli untuk sebuah isim.
Berbeda halnya dengan kalimat mabni, jangankan tanwin, untuk berubah saja kalimat ini tidak punya kemampuan, alias tetap jumud dank eras kepalaaaaaaa….
Fiil mudlori, satu-satunya fiil yg mu’rob. Padahal dua rekannya (madly dan amar) mabni. Ini menunjukkan bahwa fiil mudlori punya kekuatan lebih disbanding dgn dua rekannya. Maka wajar fiil mudlori dikategorikan fiil yg mutamakkin seperti kalimat isim. Namun karena alasan ke-fiil-annya, walaupun mutamakkin, fiil mudlori tidak sampai mampu menerima tanwin.
KESIMPULAN awal dari pemaparan di atas…
Kalimat mu’rob = mutamakkin, meliputi isim dan fiil mudlori
Kalimat mu’rob bertanwin = mutamakkin amkan, hanya ada pada isim seperti “baitun”.
Kalimat mu’rob tanpa tanwin = mutamakkin ghoir amkan, hanya ada pada isim, seperti “ahmadu”
Kalimat mabni = ghoir mutamakkin
ISIM GHOER MUNSHORIF (tidak menerima tanwin)
bag II (dua)
Isim ghoir munshorif lengkapnya isim mu’rob goir munshorif. Mu’rob = mutamakkin, ghoir munshorif = ghoir amkan.
Seperti dima’lumi bahwa isim ada yg menyerupai haraf, dan dihukumi isim mabni. Dan ada pula isim yg menyerupai fiil, maka dihukumi isim mu’rob ghoir munshorif. Jadi isim ghoir munshorif adalah isim yg menyerupai fiil.
Istilah menyerupai atau musyabahah tentu tak bisa lepas dari wajah syabah (bentuk persamaan), sebab mustahil ada musyabahah kcuali ada wajah syabah. Ketika isim menyerupai fiil, itu artinya ada persamaan diantara keduanya dalam dua hal…:
1. Lafazh, secara lafazh fiil adalah “CABANG “dari isim, dimana sighot fiil dimusytaq dari masdar yg statusnya isim. Masdar sama dengan kata dasar, Fiil kata yg telah berimbuhan.
2. Ma’na, secara ma’na fiil juga “CABANG” dari isim, dimana fiil sangat tergantung kepada isim. Artinya keberadaan fiil dalam sebuah kalam sangat tergantung kepada ‘FAIL”, dimana fail bentuknya harus isim. Yang tergantung adalah “CABANG’ dari yang digantungi.
Dua hal di atas (yaitu ke-CABANG-an atau “FAR’IYYATAINI”), dalam bab isim ghoir munshorif disebut “dua ‘illat (‘illataini)”. Jadi, isim tidak menerima tanwin karena mempunyai dua illat/alasan yaitu menyerupai fiil dalam hal ke-CABANG-annya.
Contoh, lafazh AHMADU = isim alam, dihukumi ghoir munshorif karena menyerupai fiil dalam lafazh (wazan fiil) dan ma’na (isim alam). secara lafazh wazan fiil adalah cabang dari wazan isim. Secara ma’na Isim alam/ma’rifat merupakan cabang dari isim nakiroh.
Di bawah ini, uraian illat-illat isim ghoir munshorif yang mempunyai dua ‘illat
ALAM (ma’rifat)
Alam dikategorikan illat secara ma’na, dan enam hal di bawah ini dimasukkan illat lafazh.
1. wazan fiil, contoh ahmadu, alam cabang dari isim nakiroh, wazan fiil cabang dari wazan isim.
2. ‘adal, contoh ‘umaru, alam cabang dari isim nakiroh, adal/ma’dul (yang dipindahakan) cabang dari ma’dul ‘anhu (yang dijauhi/dipindahi)
3. Ziyadah alif nun, contoh luqmanu, alam cabang dari isim nakiroh, ziyadah (penambah) cabang dari kalimat yang tidak memakai ziyadah.
4. Tanits dengan ta (lafzhy) dan tanits ma’nawy, contoh fathimatu dan zainabu, alam cabang dari isim nakiroh, lafazh muannats adalah cabang dari mudzakkar
5. Tarkib mazjy, contoh ba’labaka, alam cabang dari isim nakiroh, tarkib (murokkab) cabang dari mufrod
6. ‘ajam, contoh ibrohim, alam cabang dari isim nakiroh, lafazh ajam cabang dari lafazh bahasa arab
SIFAT
Sifat dikategorikan illat secara ma’na, dan tiga hal di bawah ini dimasukkan illat lafazh.
1. Wazan fiil, contoh ahsanu…
2. Ziyadah alif nun, contoh rohmanu
3. ‘adal, rubaa-‘u
Di bawah ini, uraian illat-illat isim ghoir munshorif yang mempunyai satu ‘illat taquumu maqoomal ‘illataini.
1. Shighot muntahal jumu’,
Illatnya terletak pada “jumu’/jama”, dari jama ini keluarlah dua illat langsung…..
a. untuk illat ma’na yaitu bahwa jama adalah cabang dari mufrod.
b. Untuk lafazh, bahwa wazan jama ini (…………………..M A F AA ‘I L U…………………………) tidak ada bandingan/yang serupa dgn wazan-wazan isim mufrod. Coba Bandingkan dengan jama taksir lafazh RIJAALUN contohnya, bandingan/yang serupa dgn Lafazh RIJAALUN (wazan FI’AALUN) pada bentuk isim mufrod ini adalah lafazh KITAABUN (wazan FI’AALUN), sementara jama’nya KUTUBUN…
Al hasil…
Wazan MAFAA’ILU atau MAFAA ‘IILU dsb tidak ada bentuk isim mufrod yg serupa dgn wazan itu. Berbeda dengan jama wazan FI’AALUN, ada isim mufrod yg serupa dgn wazan itu yaitu lafazh KITAABUN.
Jadi, TIDAK adanya bandingan wazan MAFAA’ILU pada mufrodnya,merupakan cabang dari ADA-nya lafazh jama yg serupa dgn lafazh isim mufrod….
2. Ta'nits bil alifi
Illatnya terletak pada “alif”, dari alif ini keluarlah dua illat langsung….
a. Untuk iilat lafazh yaitu dengan adanya alif sbg zaidah merupakan cabang dari tanpa zaidah
b. Untuk illat ma’na yaitu “luzuumiyyah”nya alif (kemestian/tidak bisa dibuang)
Perbedaan antara yang dua illat dgn yang satu illat terletak hanya pada penyebutannya saja. Kalau yg dua illat suka diistilahkan dgn alam atau sifat ditambah blablablabla (seperti di atas), sementara kalau yang satu illat cukup menyebutkan muntahal jumu’ atau taints alif.
Jadi secara hakiki, antara yang dua illat dgn yg illatun wahidatun itu tdk ada bedanya, karena keduanya merujuk pada dua illat yaitu illat lafzhy dan illat ma’nawy, dimana illat lafzhy dan ma’nawy ini sebagai wajah syabah antara isim ghoir munshorif dgn fiil, sehingga menghasilkan hukum isim yang tidak menerima tanwin.
Sumber pokok……
1. Al kawwakib ad durriyyah
2. Hasyiyah khudlory
Silahkan yg mau sumbang saran asal tidak saran sumbang heheheheh
Mohon maaf atas ketidak nyamanan dalam membacanya
Wallohul a'lam wahuwa almu'in wa bihi nasta'in
1 komentar:
Pemaparan nya cukup mantap. Apalagi jika disertai ta'bir nya.
Posting Komentar